Tuesday, July 12, 2011

"Sa Pu Nama OPM"

“Dorang tangkap saya gara-gara sa tulis sa pu nama di baju kaos”


Suatu hari di Numbay (sekarang Jayapura) ada pemeriksaan terhadap orang-orang yang menggunakan barang-barang “berbau” Bintang Kejora, bendera bangsa Papua. Sore itu ada seorang pace bertubuh tinggi dan kekar, berkulit hitam serta berjenggot lebat dengan rambut yang besar dan tidak disisir melintasi lingkaran Abepura. Noken khas anyaman mama-mama Papua yang berbahan akar pohon berwarna kuning menggantung pada leher pace tadi. Sejenak dia berdiri di depan sebuah toko sambil menghisap asap tembakau yang dililit rapih dengan kertas berwarna putih. Tidak jelas apa yang dilakukukan di sana. Entah, menunggu temannya untuk menikmati sore itu dengan rokok produksi tangan papua atau menunggu taxi (sebutan untuk angkutan kota bagi warga di Numbay).

Beberapa saat kemudian, ada lima orang laki-laki berpotongan a la militer mendatangi pace itu. Sebut saja “anggota”. Wajah mereka tidak ramah. Kulit mereka sedikit lebih terang, rambut pendek dan rapih. Secara fisik, mereka bukan orang Papua asli. Dengan jacket kulit hitam, mereka berdiri mengitari dia dan bertanya-tanya. Pace itu di bawa dengan paksa berjalan kaki ke kantor polisi yang letaknya sekitar 100 meter dari tempat mereka berdiri.

Pace itu bingung. Dia tidak mau berjalan, menyebabkan dua anggota militer tadi harus extra mendorong dan menarik dia.
"Hei... Ko OPM to!" Bentak seorang anggota sambil memegang kencang dan menarik baju dia.

"Iyo, sa OPM! Kenapa jadi...." Jawab pria Papua itu dengan suara lantang dan menantang.

"Jadi, ko ini yang suka buat kaco to...ko berani lawan negara ini! Ko ikut ke kantor polisi sekarang."

“Siapa yang mau lawan negara jadi…sa juga tra buat kaco mo! Kam lepas sa sudah”

Dalam perjalanan itu, tidak ada orang yang berusaha membantu pace OPM tadi. Barangkali karena anggota militer tadi lebih menyeramkan untuk didekati atau sebaliknya…:D

Singkat kata, mereka tiba di kantor polisi. Interogasi pun dilakukan.

"Weee...kam kenapa tangkap saya? Saya salah apa?" Sambil berusaha menghindarkan bagian muka dia dari hantaman para anggota polisi itu, dia terus berkata dengan suara setengah teriak, "Sa salah apa ne... Kenapa kamu pukul sa terus!"

Dengan raut wajah ganas, seorang polisi bertanya setengah teriak, "Ko pu nama siapa?" Baju kaos putih yang dikenakan pace OPM itu tak luput dari kemarahan anggota militer. Dia dipaksa buka baju.

"Sa sudah bilang, sa pu nama OPM! Kenapa kamu pukul sa terus?"

"Kurang ajar! Cepat ko jawab, ko pu nama siapa? Kenapa ko pake baju OPM? "

"OPM itu kepanjangan dari sa pu nama Obet Petrus Mote! Kam stop pukul saya terus, saya tidak buat salah!" Pace itu menjawab dengan suara keras dan melawan anggota militer itu untuk dibebaskan. Dia yakin, tidak ada kesalahan yang diperbuatnya.

Setelah mendengar penjelasan dan melihat Kartu Tanda Penduduk pace OPM anggota militer tadi jadi bingung. Apa yang harus diperbuat? Mereka sudah terlanjur berlaku kasar terhadap pace OPM. Tidak ada bukti yang menyatakan dia bersalah. Saya tidak tidak tau pasti, apakah anggota militer itu meminta maaf atas kesalahan mereka atau lebih mempertimbangkan gengsi sehingga prosesnya diakhiri a la mereka, dengan menyuruh pulang tanpa ada peryataan minta maaf?

Cerita ini hanya fiksi belaka. Dikembangkan setelah mendengar cerita MOB (cerita lucu a la Papua) dari seorang sahabat. Jika ada kesamaan nama, itu merupakan hal yang tidak disengaja. Mohon dimaafkan..:)

Jakarta, 12 Des 2010

No comments:

Post a Comment